GUW0GUzoGSOpGSr0TUz9GfY0Gi==

Headline:

Asesmen Awal dalam Pembelajaran: Menentukan Langkah Awal yang Tepat

 


📌 Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan, asesmen awal memiliki peran penting dalam mengidentifikasi kesiapan, kompetensi, dan kebutuhan siswa sebelum memulai proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literatur pendidikan, asesmen awal merupakan bentuk evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui latar belakang akademik dan non-akademik peserta didik.

Menurut Popham (2017) dalam bukunya Classroom Assessment: What Teachers Need to Know, asesmen awal membantu pendidik dalam menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Selain itu, asesmen ini juga memungkinkan guru untuk memberikan intervensi yang tepat bagi siswa yang membutuhkan bimbingan lebih lanjut.


🎯 Tujuan Asesmen Awal

Asesmen awal bertujuan untuk:
✅ Mengidentifikasi tingkat kompetensi awal siswa.
✅ Menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik.
✅ Memberikan intervensi bagi siswa yang memerlukan remedial atau pengayaan.
✅ Menganalisis kesejahteraan psikologis dan sosial-emosional siswa.

Dalam Panduan Penguatan Literasi dan Numerasi (2021) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), asesmen awal dibagi menjadi dua aspek utama, yaitu non-kognitif dan kognitif.


🔍 Aspek Non-Kognitif dalam Asesmen Awal

Asesmen non-kognitif berfokus pada aspek sosial, emosional, dan psikologis siswa. Ini mencakup:
📌 Mengetahui kesejahteraan emosional siswa.
📌 Mengidentifikasi latar belakang keluarga dan lingkungan belajar di rumah.
📌 Memahami gaya belajar, minat, dan karakter siswa.

Menurut Dweck (2006) dalam teorinya tentang Growth Mindset, faktor psikologis seperti kepercayaan diri dan ketahanan mental berperan besar dalam kesuksesan akademik siswa. Oleh karena itu, asesmen awal non-kognitif penting untuk memberikan wawasan bagi guru dalam menyesuaikan strategi pengajaran mereka.


📊 Aspek Kognitif dalam Asesmen Awal

Sementara itu, asesmen kognitif bertujuan untuk menilai kemampuan akademik siswa sebelum mereka memulai pembelajaran baru. Ini melibatkan:
📌 Mengidentifikasi pencapaian kompetensi awal siswa.
📌 Menyesuaikan materi pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa.
📌 Menentukan apakah seorang siswa memerlukan kelas remedial atau pengayaan.

Menurut Bloom (1956) dalam teorinya tentang Taksonomi Bloom, asesmen awal kognitif membantu dalam mengklasifikasikan tingkat berpikir siswa, mulai dari pengetahuan dasar hingga pemahaman yang lebih kompleks.


📝 Langkah-Langkah Melakukan Asesmen Awal

Berdasarkan diagram yang diberikan, berikut adalah 5 langkah utama dalam asesmen awal:

Langkah Deskripsi
1️⃣ Menentukan Aspek Kemampuan Guru menentukan aspek kompetensi yang akan dipantau, baik akademik maupun non-akademik.
2️⃣ Merancang Kegiatan Asesmen Guru memilih metode asesmen yang sesuai, seperti observasi, wawancara, atau tes diagnostik.
3️⃣ Mengidentifikasi Mata Pelajaran Menentukan bidang studi yang akan dianalisis dalam asesmen awal.
4️⃣ Mendokumentasikan Hasil Mencatat hasil asesmen dalam lembar observasi untuk analisis lebih lanjut.
5️⃣ Menyesuaikan Rencana Pembelajaran Menggunakan hasil asesmen untuk menyusun strategi pembelajaran yang lebih efektif.

🏫 Jenis Asesmen Awal dalam Pembelajaran

Dalam Kepmendikbud 719/P/2020, asesmen dibagi menjadi tiga kategori utama:

1️⃣ Asesmen Diagnostik
🔹 Bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi awal siswa sebelum pembelajaran.
🔹 Digunakan untuk menyusun strategi pembelajaran yang lebih personalisasi.

2️⃣ Asesmen Formatif
🔹 Dilakukan secara berkala selama proses pembelajaran.
🔹 Membantu guru dalam memberikan umpan balik yang cepat untuk perbaikan pembelajaran.

3️⃣ Asesmen Sumatif
🔹 Dilakukan di akhir pembelajaran untuk mengukur keberhasilan siswa.
🔹 Digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas atau evaluasi pembelajaran.

Menurut Black & Wiliam (1998) dalam studinya tentang Assessment and Classroom Learning, asesmen formatif yang dilakukan secara konsisten lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan asesmen sumatif.


📌 Kesimpulan

Asesmen awal bukan hanya sekadar tes di awal pembelajaran, tetapi merupakan alat penting dalam memahami kondisi siswa baik secara kognitif maupun non-kognitif. Dengan asesmen awal yang tepat, guru dapat menyesuaikan metode pembelajaran sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.

Menurut penelitian Hattie (2009) dalam bukunya Visible Learning, asesmen awal yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Oleh karena itu, penerapan asesmen awal yang efektif sangat dianjurkan dalam dunia pendidikan modern.


📚 Daftar Pustaka

1️⃣ Black, P., & Wiliam, D. (1998). Assessment and Classroom Learning. Assessment in Education.
2️⃣ Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. New York: McKay.
3️⃣ Dweck, C. S. (2006). Mindset: The New Psychology of Success. Random House.
4️⃣ Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge.
5️⃣ Popham, W. J. (2017). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Pearson.
6️⃣ Pendidikan, K., & Kebudayaan, D. (2021). Panduan Penguatan Literasi dan Numerasi. Kemendikbud.


Table of contents

0Comments

Special Ads6
Form
Link copied successfully