📌 Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, asesmen awal memiliki peran penting dalam mengidentifikasi kesiapan, kompetensi, dan kebutuhan siswa sebelum memulai proses pembelajaran. Seperti yang dijelaskan dalam berbagai literatur pendidikan, asesmen awal merupakan bentuk evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui latar belakang akademik dan non-akademik peserta didik.
Menurut Popham (2017) dalam bukunya Classroom Assessment: What Teachers Need to Know, asesmen awal membantu pendidik dalam menyesuaikan metode pembelajaran agar lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Selain itu, asesmen ini juga memungkinkan guru untuk memberikan intervensi yang tepat bagi siswa yang membutuhkan bimbingan lebih lanjut.
🎯 Tujuan Asesmen Awal
Dalam Panduan Penguatan Literasi dan Numerasi (2021) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), asesmen awal dibagi menjadi dua aspek utama, yaitu non-kognitif dan kognitif.
🔍 Aspek Non-Kognitif dalam Asesmen Awal
Menurut Dweck (2006) dalam teorinya tentang Growth Mindset, faktor psikologis seperti kepercayaan diri dan ketahanan mental berperan besar dalam kesuksesan akademik siswa. Oleh karena itu, asesmen awal non-kognitif penting untuk memberikan wawasan bagi guru dalam menyesuaikan strategi pengajaran mereka.
📊 Aspek Kognitif dalam Asesmen Awal
Menurut Bloom (1956) dalam teorinya tentang Taksonomi Bloom, asesmen awal kognitif membantu dalam mengklasifikasikan tingkat berpikir siswa, mulai dari pengetahuan dasar hingga pemahaman yang lebih kompleks.
📝 Langkah-Langkah Melakukan Asesmen Awal
Berdasarkan diagram yang diberikan, berikut adalah 5 langkah utama dalam asesmen awal:
Langkah | Deskripsi |
---|---|
1️⃣ Menentukan Aspek Kemampuan | Guru menentukan aspek kompetensi yang akan dipantau, baik akademik maupun non-akademik. |
2️⃣ Merancang Kegiatan Asesmen | Guru memilih metode asesmen yang sesuai, seperti observasi, wawancara, atau tes diagnostik. |
3️⃣ Mengidentifikasi Mata Pelajaran | Menentukan bidang studi yang akan dianalisis dalam asesmen awal. |
4️⃣ Mendokumentasikan Hasil | Mencatat hasil asesmen dalam lembar observasi untuk analisis lebih lanjut. |
5️⃣ Menyesuaikan Rencana Pembelajaran | Menggunakan hasil asesmen untuk menyusun strategi pembelajaran yang lebih efektif. |
🏫 Jenis Asesmen Awal dalam Pembelajaran
Dalam Kepmendikbud 719/P/2020, asesmen dibagi menjadi tiga kategori utama:
Menurut Black & Wiliam (1998) dalam studinya tentang Assessment and Classroom Learning, asesmen formatif yang dilakukan secara konsisten lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan asesmen sumatif.
📌 Kesimpulan
Asesmen awal bukan hanya sekadar tes di awal pembelajaran, tetapi merupakan alat penting dalam memahami kondisi siswa baik secara kognitif maupun non-kognitif. Dengan asesmen awal yang tepat, guru dapat menyesuaikan metode pembelajaran sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan siswa.
Menurut penelitian Hattie (2009) dalam bukunya Visible Learning, asesmen awal yang dilakukan dengan baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Oleh karena itu, penerapan asesmen awal yang efektif sangat dianjurkan dalam dunia pendidikan modern.
0Comments