Pendekatan Student-Centered dalam Kurikulum Merdeka: Bagaimana Pengaruhnya pada Kualitas Pendidikan?
Pendahuluan
Pendekatan student-centered atau berpusat pada siswa telah menjadi salah satu fokus utama dalam Kurikulum Merdeka. Pendekatan ini bertujuan untuk menggeser cara belajar tradisional yang berpusat pada guru menuju pembelajaran yang lebih melibatkan peran aktif siswa. Kurikulum Merdeka mendorong para pendidik untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih terlibat dalam proses belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Penerapan student-centered learning diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan dengan mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dan mandiri dalam pembelajaran (Hannafin & Land, 1997).
Implementasi Pendekatan Student-Centered dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka menerapkan pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berdiferensiasi, dan asesmen formatif untuk mendukung pendekatan yang berpusat pada siswa. Melalui metode pembelajaran berbasis proyek, siswa diajak untuk memecahkan masalah dunia nyata dengan cara mereka sendiri, meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan bekerja dalam tim. Menurut penelitian pada jurnal International Journal of Educational Research, metode project-based learning memberikan peluang bagi siswa untuk memahami konsep secara mendalam melalui pengalaman nyata, yang pada akhirnya meningkatkan pemahaman materi dan keterampilan sosial (Thomas, 2000). Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar, minat, dan kemampuan mereka, membuat mereka lebih nyaman dan termotivasi untuk belajar (Tomlinson, 2001).
Dampak Pendekatan Student-Centered terhadap Kualitas Pendidikan
Dengan menggunakan pendekatan student-centered, siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai konten akademis, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang relevan di abad 21 seperti komunikasi, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dalam lingkungan yang berpusat pada siswa cenderung memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dan merasa lebih puas terhadap pengalaman belajar mereka (Barr & Tagg, 1995). Selain itu, guru yang berperan sebagai fasilitator turut membantu siswa untuk lebih proaktif dalam belajar, yang dapat meningkatkan hasil akademis dan sikap positif siswa terhadap proses belajar. Kurikulum Merdeka yang mengedepankan pendekatan ini dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Referensi
- Barr, R. B., & Tagg, J. (1995). From teaching to learning: A new paradigm for undergraduate education. Change: The Magazine of Higher Learning, 27(6), 12-25.
- Hannafin, M. J., & Land, S. M. (1997). The foundations and assumptions of technology-enhanced student-centered learning environments. Instructional Science, 25(3), 167-202.
- Thomas, J. W. (2000). A review of research on project-based learning. International Journal of Educational Research, 32(2), 151-176.
- Tomlinson, C. A. (2001). How to Differentiate Instruction in Mixed-Ability Classrooms. Alexandria, VA: ASCD.
0Comments