Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penguatan daya literasi. Dalam Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, enam daya literasi menjadi fokus utama, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. Literasi-literasi ini saling melengkapi dalam membangun individu yang berpengetahuan, kritis, dan berdaya saing di era globalisasi.
1. Literasi Baca-Tulis
Literasi baca-tulis merupakan fondasi utama dari semua literasi. Kemampuan ini melibatkan keterampilan membaca dan menulis untuk memahami dan menyampaikan informasi. Di dunia pendidikan, literasi baca-tulis tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai pintu gerbang untuk memahami berbagai disiplin ilmu.
Di sekolah, penguatan literasi baca-tulis dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti membaca bersama, menulis kreatif, dan pengenalan buku-buku literatur. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca dan keterampilan menulis yang lebih baik.
2. Literasi Numerasi
Kemampuan numerasi berkaitan dengan penguasaan angka dan matematika dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi ini penting karena membantu siswa dalam berpikir logis, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan berbasis data.
Di era teknologi, literasi numerasi menjadi semakin relevan karena dunia kerja banyak bergantung pada analisis data dan statistik. Misalnya, memahami grafik atau menghitung anggaran adalah aplikasi nyata dari literasi numerasi.
3. Literasi Sains
Literasi sains mengacu pada kemampuan untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Literasi ini membantu individu dalam memahami fenomena alam dan teknologi yang terus berkembang.
Di sekolah, literasi sains dapat diajarkan melalui pembelajaran berbasis proyek. Misalnya, siswa dapat melakukan eksperimen sederhana untuk memahami prinsip fisika atau biologi.
4. Literasi Digital
Di era digital, kemampuan menggunakan teknologi secara bijak menjadi sangat penting. Literasi digital melibatkan keterampilan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang tersedia secara online.
Guru dapat memperkenalkan literasi digital kepada siswa melalui penggunaan aplikasi pendidikan, pembelajaran daring, atau diskusi tentang etika digital. Literasi ini juga mencakup kemampuan untuk melindungi data pribadi dan menghindari informasi palsu.
5. Literasi Finansial
Literasi finansial mengajarkan individu untuk mengelola keuangan dengan bijak. Kemampuan ini meliputi pengelolaan anggaran, perencanaan keuangan, dan pemahaman tentang konsep investasi.
Sekolah dapat membantu siswa mengembangkan literasi finansial melalui simulasi manajemen uang atau diskusi tentang pentingnya tabungan dan pengelolaan utang.
6. Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi budaya dan kewargaan bertujuan untuk membangun kesadaran sosial dan rasa tanggung jawab sebagai warga negara. Literasi ini melibatkan pemahaman tentang nilai-nilai budaya, toleransi, dan hak serta kewajiban sebagai bagian dari masyarakat.
Melalui kegiatan seperti debat, diskusi kelompok, atau kunjungan ke situs budaya, siswa dapat belajar tentang pentingnya peran mereka dalam memajukan masyarakat.
Daftar Pustaka
- Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. Continuum.
- UNESCO. (2017). Global Framework for Education 2030: Literacy and Lifelong Learning.
- Lankshear, C., & Knobel, M. (2008). Digital Literacies: Concepts, Policies, and Practices. Peter Lang Publishing.
- Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2014). The Economic Importance of Financial Literacy: Theory and Evidence. Journal of Economic Literature.
- Banks, J. A. (2009). Cultural Diversity and Education: Foundations, Curriculum, and Teaching. Pearson.
0Comments