Tugas guru dalam pembelajaran terpadu antara bahasa dan IPS antara lain ialah
menolong anak-anak belajar menggunakan kosakata dalam bidang IPS secara tepat. Hal ini berarti bahwa harus ada kesempatan bagi anak-anak untuk menyimak, membaca, bercakap-cakap, dan menulis tentang hal-hal yang berhubungan dengan IPS, misalnya membuang sampah, manfaat uang saku, melihat candi, gempa bumi, berlibur ke desa, dan sebagainya. Berikut ini tugastugas yang harus dilakukan guru yang terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak (Pappas, Kiefer, dan Levtik, 1990:235-236).
Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berpikir secara kritis mengenai materi IPS. Guru membimbing anak mengenal “uang” lewat latihan menggambar uang logam. Anak-anak kelas I disuruh menggambar (menjiplak) mata uang yang dibawanya dari rumah masing-masing. Setelah selesai menggambar tiap-tiap anak diminta menulis (meniru angka yang ada pada mata uang. Selanjutnya anak-anak yang membawa dan menggambar mata uang yang sama diminta berkelompok, lalu secara bersama-sama diminta menyebutkan nilai mata uang yang digambarnya, misalnya: 100, 500, 1000, dan menyebutkan apa saja yang bisa mereka beli dengan uang tersebut. Anak-anak kelompok lain diminta menyatakan benarkah atau cocokkah antara mata uang dan barang yang dapat dibeli dengan uang tersebut.
Memancing pendapat anak
Guru menemukan apa yang diketahui oleh anak tentang topik tertentu. Sesuai dengan contoh pada nomor 1 di atas, anak diminta membandingkan mata uang yang dibawa dengan yang dibawa teman di sebelahnya.
Menolong anak-anak membuat pertanyaan
Anak-anak ditugasi bertanya kepada orangtuanya tentang buah apa yang dapat dibeli dengan uang yang mereka bawa. Keesokan harinya mereka diminta menceriterakan di kelas tentang jawaban orang tua masing-masing.
Menyediakan sumber-sumber yang dapat digunakan oleh anakanak untuk berinkuiri (melakukan penemuan).
Guru dapat menyediakan gambar-gambar mata uang, bacaanbacaan tentang mata uang, album mata uang, dan sebagainya. Hal ini dapat diusahakan untuk memperolehnya dari bank-bank yang ada di daerah masing-masing, atau dari sumber-sumber lain. Anak anak ditugasi memilih hal-hal yang menarik bagi mereka dari sumber-sumber yang telah disediakan oleh guru, kemudian menceritakan tentangyang dipilihnya. Misalnya ada berapa macam mata uang yang mereka temukan, bagaimana isi bacaan tentang mata uang, mata uang mana yang paling dulu digunakan, dan sebagainya.
2. Keterpaduan Bahasa dan IPA
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompe-tensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA.
Pembelajaran IPA mengandung 4 hal:
1. IPA sebagai cara berpikir
Berpikir ilmiah melibatkan pembuatan penilaian berdasarkan data yang sahih dan dapat dipercaya : berpikir secara rasional, sistematis dan memgetahui berbagai pengetahuan berbagai hal yang terkait dengan alam.
2. IPA sebagai ilmu yang mencoba menerangkan gejala fisik, biologis dan kimiawi
3. IPA memasukkan komponen teknologi. Kadang-kadang teknologi menimbulkan masalah baru dan manusia harus sipa untuk menghadapinya. Anak-anak seperti halnya orang dewasa harus mempelajari keuntungan dan bahaya kemajuan IPTEK.
4. IPA melibatkan perilaku pendidikan IPA antara lain menghubungkan antara pengetahuan dan perilaku.
Contoh langkah pembelajaran yang mengandung keterpaduan antara bahasa dan IPA:
• Anak – anak di arahkan untuk peduli terhadap penggunaan pewarna makanan.
• Guru memberikan penjelasan / anak-anak disuruh untuk membaca artikel atau bacaan yang berhubungan dengan erbedaan antara pewarna untuk makanan dan bukan makanan.
• Anak- anak mengamati dan mencatat makananyang dijual di lingkungan sekolah, atau makanan yang sengaja yang di bawakan oleh guru sebagai media pembelajaran.
• Anak-anak mengelompokkan nama makanan yang diberi pewarna dan yang tidak diberi pewarna.
• Anak-anak diberi tugas membuat karangan tentang “Cara Memilih Makanan”
3. Keterpaduan bahasa dan matematika
Penelitian mutakhir menunjukkan kesahihan integrasi bahasa dan matematika untuk menolong anak-anak mempelajari matematika. Disamping mulai membaca dan menulis permulaan, anak-anak di kelas rendah sekolah dasar juga mulai dapat memahami konsep-konsep matematika yang sederhana. Misalnya dalam kegiatan mempelajari “bilangan” di sekolah, anak-anak diminta menuliskan atau menyebutkan tanggal, menceritakan lama perjalanan dari rumah masing-masing ke sekolah, menuliskan jadwal kegiatan sehari-hari, menyanyikan lagu “satu-satu aku saying ibu”, menyebutkan harga makanan di kafetaria sekolah dan sebagainya.
Dalam proses mempelajari konsep-konsep matematika, bahasa memegang peran yang penting. Bahkan dalam mencapai tujuan utama pendidikan matematika menurut pandangan baru, peran bahasa tetap penting. Tujuan utama tersebut, yaitu (1) menghargai matematika, (2) menjadi yakin akan kemampuan diri mengerjakan soal-soal matematika, (3) mampu memecahkan masalah matematika, (4) belajar berkomunikasi secara matematis, dan (5) belajar berpikir secara matematis (National Council of Teacher og Mathemathics dalam Pappas, Keifer, dan Levstik, 1990:243).
Perlu diingat bahwa ada beberapa kemungkinan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan matematika yang bermakna di dalam kelas yang dapat dilaksanakan. Banyak kegiatan sehari-hari yang memungkinkan anak menggunakan matematika dengan media bahasa. Melatih anak bertanggung jawab dalam tugas sehari-hari, misalnya menabung di sekolah, menyusun lembar tugas sesuai dengan nomor urut siswa dalam daftar hadir, membagikan materi pembelajaran untuk setiap anak, dan sebagainya dapat meningkatkan pemahaman matematika.
Pemahaman decimal akan berkembang jika anak diminta menghitung uang yang sebenarnya dan membelanjakannya untuk tujuan tertentu. Uang dapat ditukarkan di warung atau di koperasi sekolah. Permainan “jual-beli” juga dapat dipergunakan untuk mengembangkan konsep “bilangan”.
• Bahasa, Literasi (Melek Aksara), dan Matematika
Keterpaduan Bahasa Lisan dengan Matematika
Berbicara dan menyimak terpadu secara alami dalam diskusi yang dilakukan oleh anak-anak tentang konsep-konsep matematika. Ketika mereka membandingkan informasi-informasi yang mereka peroleh atau mereka kumpulkan sebagai bagian dari tugas mata pelajaran matematika, pengetahuan matematika, berkembang dalam diri anak. Penambahan, pengurangan, perkalian, penggolongan, pecahan, decimal, dan lain-lain, tidak dipelajari sebagai pengetahuan secara terpisah, tetapi dihubungkan dengan situasi kehidupan yang sebenarnya. Bersama dengan itu, berkembang juga kemampuan berbicara dan menyimak mereka.
• Keterpaduan Literasi (Melek Aksara) dengan Matematika
Banyak kesempatan membaca dan menulis tentang matematika yang mungkin dapat dipadukan dengan pelajaran bahasa di kelas. Membaca dan menulis terjadi apabila anak-anak ditugasi mencatat hasil pengamatan (misalnya mencatat harga alat-alat tulis dengan media barang-barang yang sesungguhnya, sehingga murid-murid dapat langsung mencatat harga barang-barang tersebut). Lebih menarik lagi kalau kegiatan mebaca dan menulis pengetahuan hitungan (seperti dalam film “sesame street”) seharusnya banyak tersedia sehingga anak senang mempelajari matematika.
4. Keterpaduan Bahasa dengan Seni Rupa, Musik, dan Tari
Bahasa dan seni merupakan sarana yang menusiawi untuk menyatakan dan menyampaikan makna. Bahasa yang bersifat linier dan seni yang nonlinier, keduanya memiliki akar yang sama. Bahasa merupakan cara member nama, sedangkan seni merupakan cara mengetahui. Gardner (lewat Pappas, Keifer, dan Levstik, 1990:251) menyatakan bahwa lewat bahasa dan seni, pikiran manusia dapat menciptakan, merevisi, memindahkan, dan menciptakan kembali suatu makna. Hal itu dapat memungkinkan dapat berpikirkritis dan kreatif.
Program pendidikan seni hendaknya memberikan pengalaman dalam empat bidang: pembuatan karya seni, sejarah seni, kritik seni, dan estetika. Empat kegiatan ini memungkinkan anak: membuat, memahami, menilai, dan menghargai karya seni. Sebagai contoh apabila anak-anak disuruh membuat potdari tanah liat, mereka harus mempunyai kesempatan untuk memikirkan ukuran dan cara membuatnya, merasakan apakah pot itu tidak terlalu kecil, dan menghubungkan dengan penggunaannya pada waktu dulu dan sekarang atau penggunaannya di kota dan di desa. Hal ini di kelas-kelas rendah hendaknya juga sudah mulai diperhatikan, dengan cara meminta anak-anak menceritakan tentang apa yang dirasakan ketika membuat pot, apa yang diinginkan dengan pot atau mainan dari tanah liat yang dibuatnya, dimana sebaiknya pot atau mainan itu diletakkan, dan sebagainya. Karya seni yang dapat dibuat oleh anak-anak dapat pula berupa karya seni music dan tari misalnya mengekspresikan perasaan upu yang beterbangan dengan diandaikan sebagai manusia yang bernyanyi-nyanyi dan menari-nari. Tentu saja bagi anak-anak kelas 1 dan 2 sekolah dasar diperlukan contoh dari guru.
0Comments