Ada
dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam mencapai keterpaduan dalam satu
keterampilan berbahasa, yaitu model kegiatan tunggal rancangan guru dan model
lokakarya.
1.
Model
Kegiatan Tunggal Rancangan Guru
Guru telah memilih tujuan pemnbelajaran
dapat mendorong timbulnya kegiatan terpadu jika anak – anak secara sukarela
terlibat dalam pembelajaran. Sebagai contoh, guru kelas dua menggunakan model
ini untuk menciptakan situasi yang dapat memenuhi tujuan-tujuan khusus menulis
di kelas dua. Guru tersebut memusatkan pada menulis ekspresif. Anak-anak
menulis pesan kepada orang tuanya, yang berisi keinginannya untuk dibelikan
sebuah buku yang disenangi sebagai hadiah jika nanti naik kelas. Kegiatan ini
menunjukkan keterpaduan dalam satu keterampilan berbahasa, yakni menulis,
berasal dari tujuan yang telah ditentukan oleh guru. Meskipun kegiatan hanya
lberupa satu keterampilan tetapi sudah secara utuh menghasilkan surat, dengan
konteks yang jelas dan benar-benar fungsional. Dengan cara yang serupa
keterpaduan dalam keterampilan yang lain yaitu membaca, menyimak, atau
berbicara dapat dikembangkan.
2.
Metode
lokakarya
Dalam lokakarya menulis tugas-tugas yang
diberikan guru berasal dari gagasan dan minat anak-anak. Guru menentukan jadwal
waktu dan jenis kegiatan yang harus dilakukan anak, tetapi anak tidak harus
berada dalam tahapan yang sama dalam proses menulis. Misalnya beberapa orang
anak baru sampai pada langkah menyunting. Sedang anak-anak yang lain sudah
sampai pada langkah menyiapkan tulisan mereka untuk dipublikasikan. Demikian
juga anak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri penulisan yang benar dengan
diberi kebebasan untuk mencoba. Tentu saja dalam mencoba-coba ini anak mungkin
melakukan kesalahan. Berbagai keterampilan terintegrasi ketika anak mengalami
proses menulis. Sesuai dengan kemampuannya anak-anak mempratekkan sendiri cara
menulis dan merevisi cerita. Lewat pengelaman ini mereka akan memperoleh
keterampilan menulis.
No comments:
Post a Comment