BAB I
LATAR BELAKANG
Seorang siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang
berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan,
tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku
siswa disebut disiplin sekolah/kelas. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah
untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa
untuk berperilaku sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Menurut Wikipedia (1993) bahwa
disiplin sekolah “refers to students complying with a code of behavior often
known as the school rules”. Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule)
tersebut, seperti aturan tentang standar
berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika
belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk
memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik
(physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological
maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A.
Snock dalam bukunya “Dangerous School”
(1999).
Masa remaja
sebagai masa penuh kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan
periode yang paling berat (Hurlock, 1993). Calon (1953) dalam Monks (2002)
mengatakan masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau
peralihan karena remaja belum memiliki status dewasa tetapi tidak lagi memiliki
status anak-anak, karena secara fisik mereka sudah seperti orang dewasa.
Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja
sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan
akan membawah akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan,
serta kepribadian remaja (Monsk, 2002).
Sebagai tenaga profesional, seorang
guru dituntut mampu mengatasi berbagai masalah pengelolaan kelas, khususnya
dalam hal menciptakan dan mempertahankan kedisiplinan selama pembelajaran
dengan menggunakan sepuluh pendekatan pengelolaan kelas. Salah satu pendekatan
pengelolaan kelas yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah disiplin kelas
adalah pendekatan analitik pluralistik, dengan menggabungkan pendekatan
pengelolaan kelas yang potensial untuk mengatasi masalah kedisiplinan yang
terjadi selama pembelajaran. Berdasarkan wawancara dan
observasi kelas V SD Negeri
Ngaliyan 02 tanggal 01 Desember 2012, dapat
ditemukan bahwa terdapat siswa-siswi yang berperilaku menyimpang seperti
tidak berseragam lengkap, membolos dan melanggar disiplin kelas.
BAB II
KAJIAN TEORI
Ada beberapa pengertian tentang
perilaku kenakalan, M. Gold dan J. Petronio dalam (Sarwono, 2001) mengartikan
kenakalan remaja sebagai tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja
melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatan
itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman. Keputusan
Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah
anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama,
merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman dan
ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Pusda
Depsos RI, 1999).
Sementara John W. Santrock (1995) mendefinisikan, kenakalan remaja
(Juvenile Delinquency) mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai
dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak
berlebihan disekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga
tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri).
BENTUK-
BENTUK KENAKALAN
William C. Kvaraceus dalam (Mulyono, 1995) membagi
bentuk kenakalan menjadi dua, yaitu:
a)
Kenakalan
bisaa seperti: Berbohong, membolos sekolah, meninggalkan rumah tanpa izin
(kabur), keluyuran, memiliki dan membawa benda tajam, bergaul dengan teman yang
memberii pengaruh buruk, berpesta pora, membaca buku-buku cabul, turut dalam
pelacuran atau melacurkan diri, berpakaian tidak pantas dan minum minuman
keras.
b)
Kenakalan
Pelanggaran Hukum, seperti: berjudi, mencuri, mencopet, menjambret, merampas,
penggelapan barang, penipuan dan pemalsuan, menjual gambar-gambar porno dan
film-film porno, pemerkosaan, pemalsuan uang, perbuatan yang merugikan orang
lain, pembunuhan dan pengguguran kandungan.
FAKTOR
PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG
Menurut Kartini Kartono (1998), perilaku menyimpang
adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda,
merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang
disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.
Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab
perilaku kenakalan menjadi dua bagian sebagai berikut:
a.
FAKTOR INTERNAL
Perilaku menyimpang pada
dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap
dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan
dorongan-dorongan instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang
bermanfaat.
b.
FAKTOR EKSTERNAL
Disamping faktor-faktor
internal, perilaku delinkuen juga dapat diakibatkan oleh faktor-faktor yang
berada diluar diri remaja, seperti (Kartono, 1998):
v Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah
pembentukan peribadi anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam
masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan
terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi
disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child,
dll.
v Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang
tidak menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang
memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering
menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja.
v Faktor lingkungan, lingkungan sekitar tidak selalu
baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan
adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan
anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada
anak-anak puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak
remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.
v Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan
(polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain-lain (Graham, 1983).
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab
perilaku siswa yang tidak disiplin, sebagai berikut :
a. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
b. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh
sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan
lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
c. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa ,
siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh
kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel,
terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin,
dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.
Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula
tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk
mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin
akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di
luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru
dan kepala sekolah.
b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam
proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan
kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan
lingkungannya.
c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat
dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai
kebutuhan berorganisasi.
d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan
dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan
tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan
menghargai hak dan kewajiban orang lain.
e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak
menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang
tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi
hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan
dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
f. memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin;
dengan memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat
menghindarinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak
disiplin.
BAB III
PEMBAHASAN
Sikap
disiplin yang dilakukan oleh peserta didik pada awalnya adalah suatu tindakan
untuk memenuhi atau mematuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu yang perlu
ditanamkan oleh para guru adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang
mengacu pada nilai-nilai yang berlaku. Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat
dalam peraturan tata tertib sekolah maupun kelas yang harus dipedomani oleh
warga sekolah atau kelas. Disiplin dapat juga dikatakan sebagai alat pendidikan
bagi anak, sebab dengan disiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan
mentaati norma aturan yang ada. Untuk itu disiplin sudah bisa dibiasakan dalam
kehidupan anak sejak usia dini.
Dalam hal
ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak dalam
berperilaku yang baik yang diterimalingkungannya. Pada awalnya disiplin memang
dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan anak. Akan tetapi bila
aturan tersebut dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara
sadar untuk kebahagiaan diri anak dankebaikan bersama, maka lama kelamaan akan
menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri (self
discipline}. Artinya disiplin tidak lagimerupakan suatu yang datang dari luar
dirinya yang memberikan keterbatasan tertentu. Dalam hal ini disiplin telah
merupakan suatu aturan yang datang dari dalam diri sebagai suatu aturan tentang
suatu hal yang wajar dilakukan anak dalamkehidupan sehari-hari.
Kelas yang
sehat bila kelas tersebut mempunyai aturan dan tata tertib, yang harus selalu
dicontohkan oleh gurunya setiap saat agar murid dapat melaksanakannya secara
terus menerus. Peraturan dan tatatertib merupakan alat untuk mengatur perilaku
yang diharapkan dari murid
Peraturan
merujuk pada standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh murid,
misalnya : murid harus mendengarkan dengan baik apa yang dioerintahkan oleh
gurunya, menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya,
memberi jawaban jika guru menunjuknya. Tata tertib menunjuk pada standar untuk
aktivitas khusus misal, murid harus berpakaian seragam ke sekolah, mengikuti
upacara bendera, peminjaman buku perpustakaan.
Pelanggaran Disiplin Kelas
Suatu
asumsi menyatakan bahwa semua tingkah laku individu adalah merupakan upaya
untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan, pengenalan kebutuhan murid
dengan baik merupakan andil yang besar untuk mengendalikan disiplin sebagaimana
Maslow menggambarkan teori “hirarchi kebutuhan manusia” yang digambarkan dalam
bentuk pramida kebutuhan manusia sebagai berikut : secara berurutan manusia
menghendaki tercapainya semua kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara
wajar, umum sesuai dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat
maka akan terjadi ketidak seimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan
akan berusaha untuk mencapainya dengan cara-cara lain yang sering kurang
diterima oleh masyarakat. Dengan logika seperti itu mungkin pelanggaran
disiplin sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan
terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, hal tersebut diakibatkan
karena:
a.
Tipe kepemimpinan guru yang
otoriter yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan peserta
didik, perlakuan seperti itu mngakibatkan murid pura-pura patuh, apatis atau
sebaliknya, hal tersebut menjadikan murid agresif, murid memberontak terhadap
perlakuan yang tidak manusiawi
b.
Pengebirian akan hak-hak kelompok
atau individu peserta didik, perlakuan tersebut akan menjadikan frustrasi bagi
peserta didik, pada hal disisi lain murid berhakuntuk turut menentukan rencana
masa depannya dibawah bimbingan guru.
c.
Guru kurang memperhatikan kelompok
minoritas baik yang ada dibawah maupun yang ada di atas rerata dalam berbagai
aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.
d.
Guru kurang melibatkan dan
mengikut sertakan peserta didik bertanggung jawab terhadap kemajuan
sekolah/kelas sesuai dengan kemampuannya.
e.
Guru kurang memperhatikan latar
belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan
sekolah.
f.
Guru kurang mengadakan kerjasama
dengan orang tua peserta didik dan saling melepas tanggung jawab.
Banyak guru baru kurang menyadari bahwa peserta didik
memiliki hak- hak tertentu di dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut
semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman atau tradisi yang
dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Orang tua, wali murid,
kelompok kemasyarakatan sering membawa sejumlah kasus pelanggaran siswa ke
sekolah, ke Persatuan Orang Tua Siswa, atau ke Pengadilan. Beberapa hak siswa
yang penting dan yang perlu dijamin adalah (1),hak menyelesaikan pendidikan
sebaik-baiknya, (2) hak persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi
dalam kelompok, (3) hak berekspresi secara pribadi, (4) hak keleluasaan
pribadi, dan (5) hak menyelesaikan (studi) secara cepat (Me Neil dan Wiler,
1990).
Hak tersebut adalah
merupakan hak yang bersifat umum yang dimiliki oleh murid, sehubungan dengan
hal terseut guru harus mampu menerapkan praktek disiplin yang bersumber dari
aturan sekolah atau yang bersumber dari aturan-aturan yang bersumber darihukum
yang telah dijadikan landasan disiplin pada sekolah tersebut, sehubungan dengan
hal tersebut perlu ada garis sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya
ditegakkan dengan mempertimbangkan peraturan yang dibuat.
Kebutuhan murid adalah merupakan factor yang relevan
dalam menentukan berbagai macam disiplin kelas misalnya, anak yang membuthkan
perhatian khusus dari guru karena lamban berfikir dalam belajar, anak yang
kurang dalam pembelajaran tertentu dan sebagainya, masalah hak dan kebutuhan
tersebut akan terlihat bagaimana guru memenuhinya agar tidak terjadi
pelanggaran disiplin misalnya anak yang sukar belajar matematika jika tidak
diperhatikan oleh gurunya maka ia akan membuat gaduh kelas mengganggu teman
sebangkunya
Mengingat
banyaknya kebutuhan murid yang bervariasi antara murid yang satu dengan yang
lainnya guru perlu mempertimbangkan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan murid
yang diajar dan latar belakang social ekonomi. Guru harus lebih cerdas
mempertimbangkan antara hubungan disiplin dengan motivasi individu setiap murid
dengan program disiplin yang dibuat. Untuk menegakkan seperangkat ketentuan
disiplin sekolah guru harus mengkomunikasikan bagaimana agar murid dapat
bertingkah laku baik berdasar norma yang telah ditetapkan di sekolah.jika ada
murid yang melanggar disiplin misalnya murid yang selalu melawan, murid yang
sering berkelahi, murid yang sering mengganggu temannya, dan lain sebagainya,
jika terjadi hal seperti itu maka guru akan segera mengambil tindakan preventif
Upaya
Menegakan Disiplin Kelas
Upaya menegakan disiplin didalam kelas dapat
dilakukan dengan meminta dukungan berbagai pihak terkait, misalnya dari pihak
guru, siswa dan orang tua. Pihak-pihak tersebut selayaknya diajak bekerja sama
dengan baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan
disiplin siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak adalah
sebagai berikut:
1)
Pihak
Guru
Disiplin
banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam
menciptaka suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan
atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai
kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia
menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan
tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
Ø Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter,
memaksa siswa untuk patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena
sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering
diliputi rasa takut.
Ø Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan
disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya
pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa aman dari
gurunya.
Ø Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak
mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki
perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan
bimbingan.
Ø Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan
tetapi jangan terlampau bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa
terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga
cenderung akan hilang kewibawaanya.
2)
Pihak
siswa
Peranan
siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya,
karena factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam
pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk
turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya.
Untuk
itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin
dalam kealas, anatara lain:
v Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial
untuk turut serta menciptakan suasana disiplin didalam kelas.
v Siswa hendaknya memiliki keasadaran untuk mentaati
aturan dan tata tertib sekolah bukan karena rasa takut atau karena merasa
terpaksa.
v Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau
pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi oleh orang lain.
v Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa
harus berjanji pada dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.
3)
Pihak
Orang tua
Peranan
orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat
membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:
v Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib
sekolah yang harus dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah.
v Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap
putra putrinya dengan cara turut serta mengawasinya.
v Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut
membina putra putrinya apabila ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah.
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam
kelas dengan suasana yang harmonis dimana guru dapat menyampaikan bahan
pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau mendengarkan materi yang
disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada disiplin kelas.
Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan belajar mengajarnya pun akan menjadi
kacau dan tidak menentu pula. Guru sering tidak masuk mengajar, murid-murid
sering datang terlambat. Tugas-tugas seperti piket kelas tidak dilaksanakan
sehingga kelas menjadi kotor dan sebagainya. Dalam rangka untuk menciptakan
suasana kelas yang efektif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, maka
disiplin kelas perlu ditegakkan baik oleh guru maupun murid-murid.
Saran
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan
disiplin kelas adalah:
§ Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan
siswa.
§ Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada
siswa.
§ Membina organisasi kelas secara demokratis.
§ Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri atau
mandiri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
§ Membiasakan siswa untuk berpartisifasi sesuai dengan
kemampuannya
§ Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan
pengettahuan dan keterampilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock., E. B., 1993, Psikologi
Perkembangan Edisi ke-5, Jakarta:Erlangga.
Monks., F.J., dkk, 2002, Psikologi
Perkembangan, Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Mulyono., Y.
Bambang, 1995, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya,
Yogyakarta:Kanisius.
Saad., Hasbullah M., 2003, Perkelahian
Pelajar;Potret Siswa SMU di DKI Jakarta, Yogyakarta:Galang Press.
Santrock., John W.,
1995, Perkembangan Masa Hidup jilid 2. Terjemahan oleh Juda Damanika
& Ach. Chusairi, Jakarta:Erlangga.
Artikelnya bagus:)
ReplyDeletesiap berkrja sama
Salam kenal dan siap bekerjasama :)
les privat SD,SMP dan SMA
ya.. selamat Menikmati
Delete